Sabtu, 14 November 2020

Puisi-puisi Ikrom Rifa'i

BY editor IN No comments



Ritus Para Penjala

: Serayu

 

Tak ada iba yang bisa kuhadiahkan pada ikan-ikan

yang saban hari berzikir di sela-sela cadas dan batuan

Pukat telah kutebar, pada pekat air sungai yang tawar

 

“Masihkah ada nasib yang bisa kuajak berkelakar?”

 

Tapi celaka! Maut mengintaimu lewat lubang jala

Dari atas getek tua, rekuiem dilaksanakan tiba-tiba

Kepis itu, tempat pelarungan tubuhmu menuju surga

sebelum yang fana itu kau tuntaskan, dalam doa:

 

“Ambillah sepotong nyawa dari jasadku,

biar kutebus sepotong lapar dalam perutmu”

 

Purbalingga, 2020




Mengartikan Uban

: Ni Wajem

 

Pada ubanmu lah, petuah demi petuah mulai tersiratkan

Petuah yang kau khotbahkan ke seluruh trah dan keturunan

Sewaktu ajal bersikeras menanggalkan usia dan almanak

tak menyisakan apa-apa selain angka dan tanda tanya

 

Hari depan mungkin hanya seluas dipan. Sebab kematian

adalah wangi parfum yang semerbaknya terus-terus kau cium

Dan tubuhmu bergegas tanpa meninggalkan satu wasiat pun,

meski raut mukamu yang ruwet itu tak henti meramu senyum.

 

“Gusti! Duka menyulut nyeri sepanjang ricik arus nadi.”

Lalu, sempurnalah segala tirakat dan doa-doa dalam rakaat

Maka, sebelum yang baka menyeretmu pergi ke suatu sepi;

mari kita nikmati satu seloki dari sisa-sisa kefanaan ini

 

Purbalingga, 2020

 


 

Membaca Weton

 

Aku membaca segala prasangka

yang tersirat pada penggalan angka

Di sekujur almanak, kutemukan hari

demi hari berbiak, memperanakkan:

Legi, Paing, Pon, Wage, dan Kliwon.

 

Orang-orang kian sibuk menerka

tabiat demi tabiat layaknya juru ayat

pada mimbar penuh khidmat

menyangkal tuah dan kodrat

 

Tapi bisakah kita mengelabuhi niscaya?

Sedangkan hari depan tak sekali pun

bisa memuntahkan wangi perangainya

 

Sementara jauh di batas antara sabda dan doa,

rahasia tak sekali pun bisa kita terka:

ke mana laju dan ke mana arah pelariannya

 

Purbalingga, 2020

 


 

Risalah Cadas Kali

 

Tak ada yang mesti kugugat

Paras arus sungai yang deras; tak

sekali pun membuat tubuhku bergegas

Lekuk sungai yang semok bukanlah momok

melainkan tempatku merenungi segala yang elok

 

Aku tak akan mentas sebelum ikan-ikan yang

bermukim di sekujurku betul-betul waras

Aku tak akan ingkar pada air sungai yang tawar

meski ia kerap menampar dengan arus yang besar

Aku tak akan mangkir dari kanal yang mengalir

meski saban hari tubuhku kuyup dihantam banjir

 

Purbalingga, 2020




Biodata

Ikrom Rifa’i lahir di Purbalingga, 25 Juli 2000. Menyelesaikan pendidikan dari tingkat SD sampai SMA di kota kelahirannya. Kini tengah melanjutkan pendidikan di Universitas Singaperbangsa Karawang. Bergiat di Komunitas Bengkel Menulis Unsika dan Rintis Teater. 

0 comments:

Posting Komentar