Di Hulu Sungai
di hulu sungai
apa yang mesti aku lepas
membiarkan arus membawanya ke hilir
orang-orang yang biasa mencuci pakaiannya
di pinggir atau anak-anak yang hobinya mandi
tidak membutuhkan kata yang
kubawa dari rumah
di hulu sungai memang telah menjadi tempatku
melayani hidup mencium degup
membasah hati yang digersangkan resah
mereka menunggu makanan
biar perut tidak berdemo setiap hari
biar maut seakan tidur lelap
meski sebenarnya hanya menutup matanya
dan tetap berjaga setiap saat
di hulu sungai aku
benar-benar hanya melepas doa setiap harinya
karena itulah harta satu-satunya yang kupunya
Rajawana, September 2020
Dari Gagang Telepon
; Ida
dari gagang telepon
aku mengenal suaramu
awalnya aku menyangka kau sedang
mengenalkan usiamu yang hanya diisi murka
sebab setiap kata membunuh senyum ranum
tapi ternyata kau sedang terluka
sebab doa yang sempat kau ucap salah alamat
dan kau merancang rencana demi rencana demi
menyelamatkan doamu yang sebenarnya
tidak mendapat restu dari semesta sampai
kau berkali berlari mengantar luka lebih nganga
tapi kau rasa surga
sementara usia telah memintamu untuk pulang
tapi kau masih melawan
hingga sebuah pesan telah menguburkan semua riwayat
di dalam malam dan
gagang telepon tidak lagi berdering
memanggil namamu
Rajawana, September 2020
Ayu Drupadi
;Hastri
nak, aku juga melihat ayu drupadi hidup di wajahmu
mungkin karena itulah banyak puisi indah hinggap di sana
banyak kata yang bertamu meski
hanya meminta nama serta alamat menuju hatimu
siapa yang tinggal hanya yang
tidak menanggalkan harapan dan keyakinan pada
perjalanan usianya
siapkan saja al fatikhah setiap harinya
sebagai jamuan selamat datang
biarkan Allah yang akan menentukan
doa mana yang harus dipatahkan
di depan matamu
hari ini, cukuplah kamu menjaga ayu drupadi yang
hidup di wajahmu
2020
Setelah Subuh
Nay, kekasih telah datang sebagai tamu
setelah subuh lusuh
aku sudah dipanggil dan dipeluknya di kesepian sambil
menjelaskan bahwa bunga di depan rumah
pada masanya akan berakhir menghibur diri yang
gelisah
nay, maukah kau ikut bersamaku
sebagai perempuan berjabat tangan dan bergandengan
bersama orang yang matanya terbuka
yang tidak buta
yang di hatinya tempat merawat rahmat
tanpa lagi saling menyuguhkan punggung
dan berjalan
pasti, kita akan sampai tanpa susah payah
membaca simbol pada peta buta
di tangan kita masing-masing yang belum jelas
kemana ujung berakhirnya
Rajawana, September 2020
Di Hutan
di dalam hutan yang sudah kuhafal jalannya
tidak akan ada ketakutan yang menggantung di mataku
ketakutan telah kutitipkan kepada Tuhan sebelum
aku menghirup kesegaran udara di celah pohon besar
sebelum tanah mengotori kaki telanjangku
karena itulah aku memulai mengeja
lalu membaca dengan terbata dan berusaha
sampai menghafal
biar hidupmu yang seperti hutan
mampu kudatangi tanpa ada ketakutan
membuntuti langkahku
Rajawana, September 2020
Irna Novia Damayanti. Lahir di Purbalingga, 14 September 1992. Beralamat di
Rajawana Rt19/07 Kec.Karangmoncol Kab.Purbalingga. Seorang Santri di Pesantren
Mahasiswa An Najah Purwokerto. Aktif di Komunitas Sastra Santri Pondok Pena.
0 comments:
Posting Komentar