Ranting-ranting Kering
Berbicaralah ia kepadaku melalui pohon
“Kaulihatlah daun-daun yang jatuh itu!
Teronggok. Sebentar kemudian dibawa angin
Terbang entah ke mana.”
Ia adalah
ranting-ranting kering. Tempat
Menggugurkan kenangan.
Tak pernah
cemas dengan musim tropis.
Melintang
terlipat waktu
Oh, betapa ia menjadi penyabar
Mendengar siul burung pagi dan petang
Menangkap riuh musim panas
Berapa jumlah daun kesedihan mengering?
Hanya akar-akarnya yang setia
Mencari ke mana tetes air mengalir
Ke atas
langit tangannya menengadah
Memanjat batang ke celah pengharapan
Angsa-angsa menari menyambut hujan
Di
kolam bening ia membasuh
luka
Ranting-ranting kering. Daun-daun hijau
Muda. Semuda kenangan baru
Rimbun. Menjadi manik-manik
Keringat di badan
Indramayu, 2018
Pada tubuhmu tumbuh pohon jeruk
Kulit tropis membungkus warna busana
Serbuk halus mempercepat musim panas
Daun meranggas. Regas terpangkas
Tapi aku masih menyimpanmu dalam kulkas
Setelah memeras air mata dalam gelas
Membekukannya jadi es batu
Dulu mulutmu pun jelita seperti jeruk
Dikelilingi ulat-ulat pemakan daun
Bibir segar, dada hidup
Bergelimang cinta
Sebelum pada akhirnya sebuah keranjang
Menjadi karantina.
Indramayu, 2018
Terenggut
Maut
Dalam
masygul, sebuah cerita Gabriel Garcia Marquez
:
maut lebih kejam daripada cinta
aku
mengenangmu, selintas angin rindu.
menyundul-nyundul
di bendul jendela,
kau
terenggut maut.
Karena
kau pergi, gugurlah bunga
keriput
dalam semaput
lantas
semua hilang warna dan aroma
tetapi
tidak bagi cinta
Indramayu,
2019
Aku
Tenggelam di Bibirmu
Hujan
basah lagi. Kau mengalir sederas
Anak
sungai. Aku tenggelam
Di bibirmu.
Udara dingin, keinginan, dan langit kelabu.
Kau
pun adalah kabut dengan selimut.
Membungkus
duka, luka, dan derita. Membekukan
Keping
darah. Daun merah.
Di
ketinggian lembah, aku menuruni pesona
Jurang.
Mengecup rumput liar dan bunga.
Kini
aku pun terbenam lebih dalam.
Indramayu,
2019
Faris Al Faisal lahir dan berdikari di Indramayu, Jawa Barat, Indonesia. Bergiat di
Komite Sastra, Dewan Kesenian Indramayu (DKI) dan Lembaga Kebudayaan Indramayu
(LKI). Namanya masuk buku “Apa dan Siapa Penyair Indonesia” Yayasan Hari Puisi.
Puisinya mendapat Hadiah Penghargaan dalam
Sayembara Menulis Puisi Islam ASEAN Sempena Mahrajan Persuratan dan Kesenian
Islam Nusantara ke-9 Tahun 2020 di Membakut, Sabah, Malaysia, Juara 1
dan mendapat Piala bergilir ‘Lomba Cipta Puisi Anugerah RD. Dewi Sartika
(2019), mendapatkan juga Anugerah “Puisi Umum Terbaik” Disparbud DKI 2019 dalam
Perayaan 7 Tahun Hari Puisi Indonesia Yayasan Hari Puisi, dan pernah Juara 1
Lomba Cipta Puisi Kategori Umum Tingkat Asia Tenggara Pekan Bahasa dan Sastra
2018 Universitas Sebelas Maret. Tersiar pula puisi-puisinya di surat kabar
Indonesia dan Malaysia. Buku puisi keduanya “Dari Lubuk Cimanuk ke Muara
Kerinduan ke Laut Impian” penerbit Rumah Pustaka (2018).
0 comments:
Posting Komentar