Sabtu, 12 September 2020

PUISI-PUISI TJAHJONO WIDARMANTO

BY editor IN No comments

 PUISI-PUISI TJAHJONO WIDARMANTO

 

NAMAMU KUSEBUT BERULANG-ULANG

Kusebut namamu berulang-ulang ketika mimpi-mimpi minta digembalakan.kusebut dengan gemetar, syahdu dan penuh birahi, bara biru yang menjadi api membumbung ke pucuk-pucuk urat nadi. jadilah asap bagi biru apiku. telah kutemukan palung-palung sungai yang bermuara pada air mata ibu menghanyutkan telur-telur terayun riak mengalir menuju hutan-hutan. belantara tempat segala kisah disimpan dan ditakwilkan kembali.

Kusebut namamu.berulang-ulang.memanggil-manggil sepi seperti mantera penangkap petir yang konon dahulu diikat pada seutas rumput teki.kau adalah ingatan yang tersisa.maka kuseru kembali sebelum pasir digelontor air.maka jadilah kau penanda yang abadi.kau bukan museum namun segenap catatan itu kau simpan seperti kau menyimpan jarum yang menelisik ingatan.

Kusebut namamu berulang-ulang sambil bertelanjang dada. kaulah pencatat itu, sebelum semuanya menuju tua. Kusebut namamu sesukaku. bilangan wirid dengan angka-angka ganjil.biarkan aku bahagia di arus rindumu.hingga sampai palungmu. Di sana akan kutemukan safir-safir biru dan mirah-mirah delima menjadi pewarna lengkung alis matamu.

Si majnun ini masih saja menyebut namamu berulang-ulang.sebab engkau adalah rusukku yang hilang saat hawa menerbangkan daun-daun hayat bertebaran ke bumi.

 




SURAH CINTA (9)


/*/

Seperti para musafir lainnya kalian turut mendongengkan kisah-kisah tresna yang kekal

di lorong-lorong kematian: jalan pendek menuju abadi!

 

tapi apakah tresna kekal hanya dalam riwayat atau justru tersimpan dalam biji sawi semenjak jasad hancur digerogoti belatung-belatung api?

 

/**/

kalian para musafir akankah mati di bukit yang sunyi atau di kamar kerjamu

sebelum kalian sempat menakwil kitab sejarah kematian yang gagal menemu rumah tuhan?

kalian para musafir akankah bahagia dengan harapan ataukah merana saat bilangan-bilangan berdusta?

tapi apakah kalian bisa menerka nujum yang sungguh-sungguh mewartakan kekekalan tresna?

 

/***/

kalian para musafir akankah tetap bahagia dengan perjalanan-perjalanan tanpa paspor dan pulpen di saku kemeja?

 

 

SURAH CINTA (10)

 

di mana alamat tresna?


perempuan itu membisikkan sebuah alamat di telinganya

namun, lelaki itu tak mampu menghafalnya

 

kun, lelaki itu tambah menua serupa rahasia

yang selama ini digembolnya kesana-kemari

tak ingat lagi pada masa silamnya, tak tahu masa depannya

 

kun, di mana alamat tresna?

 

 

SURAH CINTA (16)

 

 

tresnaku, tresnaku, mengapa kau tuangkan api lembutku

di ranting-ranting hidupku yang dingin?

 

tresnaku, tresnaku, hari-hari seluruhnya menjadi sama

saling mengejar di angka-angka kalender

 

aku memburumu!

 

lintasan-lintasan gelap dan tikungan-tikungan dingin kulintasi

hingga sampai di dermaga-dermaga tanpa syahbandar

dermaga-dermaga tanpa kapal.dermaga-dermaga tanpa bendera

 

hasratku berjibaku dengan waktu yang melambat

: kau begitu berjarak.

 

2020

 

 

Tjahjono Widarmanto lahir di Ngawi, 18 april 1969. Meraih gelar sarjananya di IKIP Surabaya (sekarang UNESA) Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, sedangkan studi pascasarjananya di bidang linguistik dan kesusastraan diselesaikan pada tahun 2006, saat ini melanjutkan studi di Program Doktoral UNESA.

Buku puisi terbarunya Perbincangan Terakhir Dengan Tuan Guru (2018). Sedangkan buku puisinya yang lain: Percakapan Tan dan Riwayat Kuldi Para Pemuja Sajak (2016) menerima anugerah buku Hari Puisi Indonesia tahun 2016.

 Selain menulis juga bekerja sebagai guru SMA 2 Ngawi dan Dosen di STKIP PGRI Ngawi.

0 comments:

Posting Komentar