Sabtu, 09 Mei 2020

PUISI-PUISI DARU SIMA S.

BY editor IN No comments

Sumber : phinemo.com














Aku Ingin Mencium Bau Laut


aku ingin mencium bau laut dari tubuhmu
amis ikan, debur ombak di pantai teluk penyu
mercusuar dekat galangan kapal dan tempat pemancingan ikan
ada juga lumba-lumba beku dengan cat putih biru
selalu kuingat-ingat
perjalanan selalu lama dan panjang
memandang pulau di seberang sedang berusaha telanjang
tak ada lagi prawan yang di gadang-gadang orang
hutan yang tak (lagi) terlarang
aku berhadapan denganmu
tapi kau jauh, jauh sekali membentang
pada sebuah cakrawalah dimana kapal-kapal
barangkali mereka merebutkan barangkali yang lain
pada laut yang mungkin tua dan ompong
sedang percakapan kita tak pernah selesai
pada kepergianku yang masih belum sampai
memikirkan bau laut di tubuhmu
Palugon, 2019


Lengkung Adzan Pada Sabtu Minggu
:aras-arasen
bisakah kita bertemu sabtu minggu, kekasih
telah lama aku menyendiri dan melulu merayumu
aku teringat kangkung hasil kerjaku
menghijau dan siap petik
di kebun halaman masjid atau balai desa
tapi tak bisa mengingatmu dengan sempurna
atau memang tubuhku selalu tak ada
dan ingatan memang melulu melupakan
melulu meninggalkan
tubuhku beku sehabis kerja satu minggu
dan ingin alpa
aku menghabiskan waktu, tak beranjak
benar-benar beranjak
dalam tempat sangat dekat
tubuhku di rumahmu
kau tak ada, kau tak ada
aku tetap tak mengingatmu
nyatanya bukan sabtu minggu saja
Palugon, 2019

  
Kolam Ikan Kesayangan
kolam ikan kesayangan bapak
cuma sepetak itu milik paman
yang tinggal jauh di desa seberang
tapi kolam tak bisa panjang sepanjang tahun
musim hujan benih disebar
berharap tuah akan rasa sabar
sepuluh, duapuluh batang sente dicacah,
digelar pagi dan petang
biar ikan gemuk dan menawan dipandang
sambil menunggu petang, bapak mainkan singkal
di sawah tadah lumbung bekal
meski sering ia mengeluh
sedikit panen ketimbang modal
belum lagi, orang mulai sebal berbaju kumal
musim kemarau dan hujan bapak tetap menunggu petang
se-dandang mendidih nira aren
untuk dijual seminggu sekali
dan tidak melulu
mengingat ikan dan padi
Palugon, 2019


Setelah Kematian Datang
kukira, setelah kematian datang
tak ada yang lebih kehilangan
dari burung gagak hitam kelam
yang merintih sepanjang malam
di ketinggian pohon kawung
gagak murung menghantarkan iba
sebab ia tetua desa, mula-mula mengajarkan alif ba ta
saat orang-orang buta dan ingin belajar mengeja
kayim Satibi namanya asal dari Dayeuhluhur
katanya dari sana muasal orang-orang luhur
jika gagak merasa kehilangan
kami lebih senang mengingat kebaikan
aku masih kecil dan tidak bisa mengingat dengan gamblang
sebuah pelukan hangat tanpa tangan membentang
Palugon, 2019


Pasarean
kukira tak ada yang mati dan dikubur di sana
tapi mereka menyebutnya kyai
pohon-pohon tua, rimbun dan meninggi
seperti sebuah pulau
ketika maulid tiba
orang sedesa makan bersama; nadran namanya
diawali memohon doa keselamatan
pada tuhan
seekor kambing kadang disembelih atau hanya berkumpul saja
kulit dan kepalanya dibiarkan lebur pada liang yang dikubur
ada juga uang koin, tepung merah, tepung kuning yang digoreng
Palugon, 2019




Daru Sima S., tinggal di Palugon. Buku puisinya Di Pinggir Kolam Mengaji Pada Ikan-ikan diterbitkan UNSApress (2018).

0 comments:

Posting Komentar