Jumat, 10 April 2020

PUISI-PUISI YUDITEHA

BY editor IN 1 comment




water-sport-bali.com



Sepatah Kata Ibu


Kau pergi
ibu berlari mendekat meraih tanganmu
lalu melepas kembali dengan bekal cerita
tentang luka yang disembunyikan di balik mata.

Di tanah jauh
gema doa meruangi harapan tentang
seorang bocah bermain layang-layang
agar tak menangis ketika benang
tersangkut pecahan kaca dari rival hidup.

Saat kau kembali dengan tangan kosong
tentu saja ia tidak pangling
bukan berharap pada kegagalan
tapi perihal bayangan masa kecil
yang telah terpatri dalam ingatan.

Ia tak melihatmu seperti apa, namun
meyakini tentang didikan jiwa yang berawal
dari kertas putih menuju abu-abunya hidup.

Sepatah kata ibu terucap, “Bertahanlah,”
Lalu ia merestuimu kembali.

Karanganyar, 2020





Pagi-Pagi Sudah Perang


Beberapa gelisahku tiba-tiba hadir
lalu takut pada keramaian
yang sebentar lagi menjelang.

Awal hari telah berantakan, bahkan
dewa penolong yang ada di hati
selalu kucurigai.
Aku merasa tak bisa hidup dalam keriuhan
dan lebih memilih pergi kepada jiwaku
sendiri.

Kaki-kakiku tidak mampu melangkah
sekadar mempertanyakan kedewasaan
yang seharusnya telah kupegang dalam lelap
sebelumnya.

Dan keramaian akan selalu datang
masuk ke sela-sela sedu tangis dan derai tawa
hingga aku tidak pernah benar-benar bangun
dari kenyataan.

“Bila kau ingin belajar
tak bisa abai dari keramaian,” katamu.

Bayangan gelap seperti mendekam
di pikiran tapi tak pernah mampu terucap
dalam kisah-kisahku.

“Setelah kau merasa tegar, bangkitlah
dan teguklah harapan,” katamu.

Sebelum kembali jatuh aku bertanya,
jika tanpa cinta yang utuh
dan tetap menyerapahi kelemahan-kelemahan
binatang apa yang akan datang kepadaku?

“Kekosongan menjadi penghias abadi
di setiap hari,” katamu.

Karanganyar, 2020





Bertahan


Keadaan memintamu bertahan
ketika musim panas
tak pernah bisa mengenyahkan ilusimu.

Zaman selalu terbuka,
jiwa diberkati dan impian silam
memintamu bertahan.

Bertahan pada pondasi pikiran
agar ingatan tidak membeku.

Musim tak pernah ingkar
dan raga berlatih fisik untuk
menghadapi peristiwa-peristiwa baru.

Bertahan pada pondasi hati
agar kenangan tidak membusuk.

Karanganyar , 2020





Jika Esok Tidak Datang


Kita mencari sebuah pengertian
di atas takdir yang kita terima
hingga memaksa kita menahan tangis.

Kita berjalan lebih cepat bukan untuk
menolak bayangan-bayangan kita.

Kita selalu menyambut
ketika bertemu lalu membuang
kekosongan.

Kita selalu bersama
dan tidak rela saling melepas.

Kita tertawa dan bangkit dari
kehinaan yang mudah datang.

Kita saling acuh dan
membuang seluruh serapah agar
bisa melihat akibat dari
keberadaan kita yang misteri.

Karanganyar, 2020



Lanjut Usia

Menjadi tua seperti bocah yang suka
menutup pintu kamar
lalu memainkan daun jendela kamar
ciluba bersama masa silam.

Sementara di luaran sana
ada banyak bayangan tangan
sedang riuh bertepuk tangan.

Karanganyar, 2020






Yuditeha, tinggal di Karanganyar - Jawa Tengah. Bukunya terbaru Kumcer Filosofi Perempuan dan Makna Bom (Rua Aksara, 2020). Pendiri ideide.id


1 komentar: